sumber unpash |
Dunia televisi tidak bisa terlepas dari rating serta kualitas tayangan. Dua hal ini yang sering di anggap sama tetapi pada kenyataannya berbeda. Meskipun bebeda dua hal ini salingmempengaruhi satu dengan yang lain. Tahun 2015 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pernahmenyalahkan lembaga rating karena berdampak pada kualitas tayangan TV yang kurangberkualitas. Apakah benar?
Pembahasan ini akan dimulai dengan apa itu rating. Rating menurut Kompasiana rating bisa dikatakan sebagai rata-rata pemirsa pada suatu program tertentu yang dinyatakan sebagai persentase dari kelompok sampel atau potensi total. Pengertian yang lebih mudah, rating adalah jumlah orang yang menonton suatu program televisi terhadap populasi televisi yang di persentasekan, dari sini kita bisa mengetahui bahwa rating adalah jumlah penonton. Lembaga yang terkenal dengan survey ratingnya adalah nielsen.
Selanjutnya adalah kualitas tayangan televisi, pada dasarnya kualitas menurut Philip B. Crosby, Kualitas adalah Kesesuaian persyaratan. Persyaratan mungkin tidak sepenuhnya mewakili harapan pelanggan. Dalam kasus ini adalah kualitas Tv, kesesuaian dengan fungsi televisi tersebut. Effendi menyebutkan ada 4 fungsi Televisi sebagai Komunikasi massa yaitu. Fungsi informasi, pendidikan, hiburan dan mempengaruhi. Masalah yang timbul adalah bagaimana jika tv hanya menyajikan hiburan semata dan tidak berkualitas. Kumparan menyebutkan Survey yang dilakukan nielsen pada tahun 2017 menempatkan ANTV sebagai stasiun tv dengan rating tertinggi. Dan Pesbuker sebagai program acara andalan mereka. Hal bebeda dilaporkan oleh KPI, karena pesbuker selama penyayangannya mendapat surat teguran beberapa kali dari KPI sebagai lembaga yang menangani pertelevisian Indonesia.
Dua hal yang bertentangan bagaimana hal yang disukai masyarakat adalah tayangan yang mendapat teguran sebagai tayangan yang tidak berkualitas dari KPI. Dalam hal ini lembaga survey tidak bisa disalahkan karena mereka hanya melakukan tugasnya yaitu menghitung banyak sedikitnya penonton dalam suatu program. Dan hasil itu diberikan kepada pihak yang terkait yang disebut stakeholder-nya dilansir dari CNN. Yang menjadi masalah adalah bagaimana jika survey itu tidak menggambarkan masyarakat Indonesia pada umumnya. Perusahaan multinasional Nielson itu mengukur rating dengan memasang alat khusus bernama people meter pada setiap televisi di 2.273 rumah tangga. Panel itu tersebar di 11 kota besar di Indonesia (CNN). Angka tersebut di anggap cukup untuk menggambarkan seluruh masyarakat Indonesia. Survey yang dilakukan oleh Nielson berkaitan dengan iklan yang akan masuk untuk sebuah perusahaan televisi.
Dapat disimpulkan bahwa lembaga survey hanya berkaitan dengan jumlah penonton dan iklan yang akan didapat. Bagaimana bisa tayangan tidak berkualitas bisa mendapat rating tinggi?. Dari jurnal dikatakan bahwa masyarakat suka dengan suatu hal yang bombastis dan membuat penasaran. Dalam hal ini beberapa tayangan terutama sinetron melakukan hal tersebut. Yaitu menghibur dengan mengedepankan hal yang bombastis. Contoh Anak Langit. Rating tidak bisa disalahkan dari kurang baiknya tanyangan yang beredar saat ini.
Karena jika rating adalah sumber utama untuk mencari iklan, seharusnya ANTV dengan program pesbukernya yang akan mendapat banyak sponsor untuk programnya. Tetapi di lansir dari popmagz menempatkan Big Movies Platinum GTV (dulu Global TV), program dengan pendapatan iklan paling tinggi sepanjang tahun 2017 silam. Adstensity menyebut pendapatan iklan Big Movies Platinum tahun 2017 mencapai Rp 2,18 triliun. Dan program tersebut bukan top rating pada saat itu. dalam tulisan tersebut juga menulis bahwa program Big Movies Platinum adalah program yang berkualitas. Penulis dapat menarik argumentasi bahwa program berkualitas juga mampu untuk menarik iklan dengan jumlah yang besar.
Lembaga survey sampai sejauh ini melakuakan tugasnya dengan baik. “Jadi, di mana letak kesalahan Nielsen? Tidak ada. Penonton Indonesia memang menyukai acara-acara itu. Dan jangan salah mengira penonton Indonesia hanya menyukai acara-acara ‘berselera rendah’. Beberapa waktu lalu acara-acara televisi impor dari India, seperti Mahabharata yang tidak bisa dibilang rendahan, menempati peringkat teratas”Mujani:2017). Tetapi akan lebih baik jika berkerja sama dengan KPI dalam melakukan survey agar hasil yang di capai menjadi lebih optimal. Maka dari itu harus lakukan kolaborasi antar lembaga survey agarmampu untuk saling menguntungkan.
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/yustusmaturbongs/54ff663ca33311f94b510030/seluk-beluk-
tentang-rating
https://communication.binus.ac.id/2015/11/08/rating-dan-program-televisi/
http://saifulmujani.com/blogs/mengapa-kpi-terus-menyalahkan-agb-nielsen
timpabrik.com/apa-itu-kualitas/
https://kumparan.com/@kumparantech/viva-group-kuasai-rating-tv-hiburan-dan-berita-di-
indonesia
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170922131852-220-243328/mengulik-nielsen-
perusahaan-penghitung-rating-televisi
http://www.saifulmujani.com/blogs/mengapa-kpi-terus-menyalahkan-agb-nielsen