Berbicara tentang kebudayaan Jawa, banyak kebudayaan
Jawa yang dapat memikat hati antara lain : Filosofis Hidup, orang Jawa pada
dasarnya memiliki banyak sekali filsafat hidup yang dijadikan sebagai pedoman
bermasyarakat. Namun terdapat tujuh filosofis dasar yang menggambarkan perilaku
budaya suku Jawa, yaitu Urip iku urup, (
hidup itu menyala ) yang maknanya adalah bahwa setiap hidup sebagai manusia
haruslah memiliki manfaat bagi orang lain, Ojo
keminter nebgko keblinger yang maknanya adalah hidup haruslah rendah hati, Ojo ketungkul marang jenenge kalenggahan
kadunyan lan kemareman yang maknanya jangan terlalu mengutamakan pangkat
dan harta, Wong jowo kuwi gampang
ditekak-tekuk yang maknanya bahwa orang Jawa kebanyakan mudah untuk
beradaptasi dengan berbagai situasi lingkungan, Memayu hayuning ing bawana yang maknanya hidup harus mengutamakan
berbuat baik, Mangan ora mangan sing
penting kumpul yang maknanya kebersamaan harus diutamakan dan yang terakhir
adalah Nrimo ing pandum yang artinya
menerima pemberian dari yang kuasa.
Ada pula ajaran Kejawen, yang bagi masyarakat Jawa
sudah hampir menjadi seperti agama tersendiri. Ajaran Kejawen pada dasarnya
merupakan gabungan dari seni, budaya, adat ritual, sikap sosial, serta berbagai
pandangan filosofi masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa yang masih memegang
teguh ajaran asli kejawen, panutan ajaran ini menjadi nilai spiritualitas
tersendiri. Dan adapula Keris, yaitu senjata tradisional suku Jawa. Keris
merupakan senjata pusaka yang diyakini oleh sebagai orang memiliki atau
menyimpan kesaktian. Oleh sebab itu Keris disebut juga sebagai “Tosan Aji”
(alat yang memiliki kesaktian). Dan masih ada beberapa lagi yang tak bisa Saya
sebutkan satu persatu, namun ada satu Kebudayan Jawa yang membuat Saya tertarik
dan menyukainya yaitu Wayang Kulit. Wayang sendiri berasal dari kata “Ma Hyang”
yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa. Ada juga yang mengartikan
wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna “bayangan” hal ini disebabkan
karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya
bayangannya saja. Nah hal yang membuat Saya menyukai Wayang Kulit adalah selain
merupakan sebuah seni kriya pertunjukkan wayang kulit mampu menggabungkan
berbagai macam kesenian seperti seni sastra, seni musik dan seni rupa. Seni
sastra dari pupuh yang diucapkan oleh dalang, seni musik dari lantunan berbagai
alat musik tradisional dan seni rupa dari visualisasi wayang kulit yang unik
dank has budaya Indonesia.
Wayang Kulit biasanya membawakan cerita dari
Mahabarata atau Ramayana, yang dimana dalam ceritanya kebanyakan mengajarkan
tentang kehidupan dan menariknya dalam perwayangan kita dapat mempelajari
budaya sekaligus komunikasi, karena dalam perwayangan terdapat dialog.
Perwayangan memiliki kemiripan dengan seni pertunjukan opera namun bedanya
dalam perwayangan khususnya Wayang Kulit bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa yang sangat khas. Terdapat bahasa Jawa ngoko dan Jawa Krama yang dimana
keduanya saling dikombinasikan oleh dalang untuk memerankan tokoh dalam
perwayangan. Dalang juga kerap menyampaikan pesan verbal maupun non verbal
dalam dialog nya, yang akan di sampaikan kepada penontonnya, baik pesan moral,
kritik sosial, religi maupun pesan pesan kebaikan lainnya. Penggunaan bahasa
verbal biasanya paling dominan dilakukan dalang, terutama bahasa Jawa ngoko dan
bahasa Jawa krama, namun meski demikian bahasa verbal memang diharuskan karena
sudah ada aturan-aturan khusus dalang pagelaran Wayang Kulit agar penonton
dapat mengerti apa yang disampaikan oleh sang dalang. Selain bahasa verbal
adapun bahasa atau pesan non verbal yang dilakukan oleh dalang, tidak
sembarangan bahasa non verbal ini diciptakan karena beberapa bahasa non verbal
sudah ada aturan atau pakem yang sudah dibuatkan karena dalam pagelaran Wayang
Kulit tidak bisa hanya bahasa verbal yang disampaikan, non verbal pun begitu
penting karena disetiap tokoh atau di ceirtanya meskipun tidak hanya gerakan
tubuh namun pakaian, setting tempat hingga bunyi bunyian sudah memiliki makna tersendiri
dalam pagelaran Wayang Kulit.
Apalagi dalang harus memvisualisasikan Wayang Kulit
tersebut dibalik layar, oleh karena itu keduanya harus saling berkesinambungan
baik bahasa verbal maupun non verbal agar pesan moral yang dimaksud dapat di
cerna oleh para penonton. Berbicara diluar bahasa verbal dan non verbal, Saya
sangat menyukai cerita tentang Rama dan Shinta yang dimana itu merupakan cerita
yang sangat bagus sekali dan dalam makna nya dan terdapat pembelajaran mengenai
komunikasi yang dapat kita pelajari lebih lanjut. Dalam cerita Rama dan Shinta
disematkan pesan bahwa perjuangan adalah kunci untuk mengggapai sebuah
keinginan seperti Rama yang ingin mememiliki Dewi Shinta yang diceritakan
sangat sulit sekali kondisi nya yang membuat Rama harus menciptakan seribu cara
untuk mendapatkan sang Dewi Shinta, ini diibaratkan kepada kita bahwa ketika
kita menginginkan suatu hal yang mungkin kita pikir itu mustahil namun ketika
kita mau berjuang lebih keras lagi maka tidak ada yang mustahil. Dalam cerita
tersebut juga mengajarkan kita tentang arti bersabar. Dengan Rama yang mampu
bersabar menunggu waktu untuk dapat bersatu dengan Shinta, tak hanya doa dan
usaha namun bersabar juga yang membuat sesorang lebih tegar menghadapi situasi
keadaan yang amat sulit sekalipun. Wayang Kulit salah satu warisan leluhur yang
seharusnya dapat kita lestarikan karena karya seni Wayang Kulit merupakan
sebuah anugerah yang sangat luar biasa.